Kamis, 28 Oktober 2010

Homo Homini Social dan Homo Homini lupus

Apa yang ada di dalam benak anda ketika mendengar kedua kata di atas? Apakah aneh, bingung? Kedua kata di atas mungkin jarang anda dengar. Ini merupakan salah satu dari ilmu social dasar. Secara alamiah kita sering mengalami dan melakukan kedua kata di atas. Homo homini social secara singkat dapat dikatakan sesama manusia saling terikat satu dengan yang lain. Homo homini lupus manusia dapat menjadi seperti serigala bagi sesamanya. Menurut Wikipedia : Homo homini lupus is a Latin phrase meaning "man is a wolf to [his fellow] man." First attested in Plautus' Asinaria (495, "lupus est homo homini"), the sentence was drawn on by Thomas Hobbes in the dedication of his work De cive (1651): "To speak impartially, both sayings are very true; That Man to Man is a kind of God; and that Man to Man is an arrant Wolfe. The first is true, if we compare Citizens amongst themselves; and the second, if we compare Cities." Hobbes's observation in turn echoes a line from Plautus claiming that men are inherently selfish.
The phrase is sometimes translated as "man is man's wolf", which can be interpreted to mean that men prey upon other men. It is widely referenced when discussing the horrors of which humans are capable.
As an opposition, Seneca wrote that "man is something sacred for man".
Menurut Prof. Dr. Nicolaus Driyarkara "manusia adalah kawan bagi sesama" yang merupakan ajaran pokoknya. Manusia adalah rekan atau teman bagi sesamanya di dunia sosialitas ini (homo homini socius). Pikiran homo homini socius ini ditaruh untuk mengkritik, mengoreksi, dan memperbaiki sosialitas “preman”; sosialitas yang saling mengerkah, memangsa, dan saling membenci dalam homo homini lupus (sesama adalah serigala bagi manusia).
Dalam banyak persaingan banyak sekali kita lihat homo homini lupus. Berikut ini kutipan dari kompasiana.
Menuju Juara
Ada orang yang untuk mencapai jabatan tertentu meniru perilaku katak, dia loncat dengan menjejak apa saja yang bisa dia jejak. Ia tidak pernah memperhatikan, apakah jejakannya membuat luka atau membuat bekas jejakannya menjadi hancur!
Memang benar, dalam situasi yang serba terpaksa kita bisa makan daging kaum kita, namun tentu tidak mungkin itu dilakukan pada saat normal. Namun, coba kita cermati bagaimana orang mampu menapak kariernya. Ada yang bahkan tega melakukan berbagai cara. Mereka memfitnah, mereka membunuh, mereka melempar tanggungjawab, mereka mempersalahkan pihak lain tanpa rasa bersalah dan berdosa.
Seleksi, kompetisi, dan disiplin sebenarnya aspek-aspek yang harus dipatuhi sehingga perlombaan menuju finish menjadi fair, namun setiap individu memiliki pemahaman dan penerimaan yang berbeda dari komponen maje ke depan ini dengan berbagai variasi dan kontinum.
Hampir di segala bidang, tangga-tangga disediakan untuk semua dengan parameter dan aturan main yang sama, namun sayangnya parameter dan aturan main ini akan sampai kepada parapihak dalam berbagai rentang waktu yang berbeda dan pemahaman serta penerimaan yang berbeda pula! Individu yang menerima lebih dulu tentu memiliki persiapan lebih matang. Pemerolehan informasi akan mempersiapkan para pihak mempelajari dan mempersiapkan berbagai strategi dalam memasuki arena kompetisi.
Pada tataran seleksi
Penjaringan; tahap ini dilakukan untuk memilih calon peserta kompetisi yang sebanyak-banyaknya, sehingga para juri dapat memperoleh gambaran lebih luas tentang candidat juara. Ada candidat yang siap berlomba, ada yang masih berada pada potensi untuk mampu berlomba, dan ada yang seharusnya menyingkir untuk member jalan para pihak untuk sukses.
Penyaringan; tahap ini memilih candidat yang dapat memasuki perlombaan yang sebenarnya, mereka para kandidat telah dikondisikan melalui karantina, sehingga mereka para competitor memiliki pemahaman dan penerimaan yang sama tentang seluruh rule of the game perlombaan, sehingga setiap candidat memiliki peluang yang sama untuk mencapai tangga puncak!
Kompetisi
Pada tahap ini setiap competitor/candidat menuju puncak menunjukkan berbagai kemampuan/kompetensinya secara fair dengan rule of the game yang sama. Kompetisi ini merupakan arena pertunjukan kompetensi dan pengasahan diri. Kompetitor menunjukkan kapasitasnya dari aspek dasar, pengembangan aspek, sampai menunjukkan keahlian selama proses kompetisi sampai pada saatnya munculah sang juara sejati.
Disiplin
Berbagai tahapan-tahapan kecil dari seleksi dan kompetisi diharapkan diperolehnya juara sejati, tentu jika seleksi dan kompetisi berlangsung sesuai scenario piƱata tanding. Bila seluruh pihak, baik competitor dan penitia penyelenggara disiplin dalam kepatuhan menyelenggarakan seluruh regulasi rule of the game secara disiplin, tentu juara akan muncul juara sejati.
Homohominilupus
Namun!
Lihat pertandingan sepakbola! Bandingkan liga itali, inggris, ….. Indonesia. Kompetisi sering berjalan tak sesuai rule, namun para competitor ada yang merespon secara bijak dan ada yang merespon dengan reaksi yang berlebih! Seorang pemain besar Ronaldo berjalan keluar lapangan manakala memperoleh kartu merah, apa yang terjadi dengan pemain Indonesia….?
Para pegawai baru mengikuti pelatihan, berkarya,…. Menunjukkan kompetensinya. Stakeholder berharap, para pegawai akan menapaki karier secara alamiah dan pada saatnya akan muncul siapa-siapa yang belajar banyak dari kompetisi, menambah ornamen diri, melengkapi asesori, bahkan mengupgrade diri sepanjang waktu dan keluar pemenang yang benar-benar juara!
Pada tahap-tahap tertentu, ternyata kekecewaan banyak pihak muncul manakala mengetahui sang juara bukanlah juara kompetisi. Sang juara, bahkan ada yang tidak melalui kompetisi, atau sang juara melalui jalan tol/pintas hingga sampai lintasan terdepan. Dan hebatnya, banyak competitor yang berguguran terlempar dari track meskipun mereka berlomba dalam rule of the game. Hebatnya lagi mereka yang dikeluarkan dari arena perlombaan adalah mereka yang sebenarnya memiliki kans paling tinggi merebut tahta juara sejati!
Mengapa?
Banyak perlombaan disusupi oleh mereka yang bermental homohominilupus. Mereka tega menjebak, mencelakai, memfitnah, membunuh rekan competitor candidat juara, karena ia yang berpeluang juara. Jadi dengan menyingkirkan calon, juara akan mengurangi iklim kompetisi dan melengganggalah mereka ke tangga juara palsu!

http://en.wikipedia.org/wiki/Homo_homini_lupus
http://id.wikipedia.org/wiki/Nicolaus_Driyarkara
http://sosbud.kompasiana.com/2010/03/24/homohominilupus/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar